Minggu, 01 Juni 2008

HIDUP DALAM TANGAN TUHAN (Mazmur 30:13)

Made adalah seorang tukang sayur di pasar. Pagi-pagi benar ia sudah harus berada di pasar untuk menjajakan sayurnya. Fase yang ia harus lalui adalah: ia pergi ke pegunungan untuk mengambil sayuran dari kebun para petani sebagai penjual pertama. Katanya:íuntungnya amat sedikit kalau kita mendapat sayuran dari tangan kedua atau ketiga! Biar lelah karena harus pergi siang hari ke pegunungan tetapi hati senang karena mendapat keuntungan. Hal ini selalu berputar-putar dalam benaknya. Kegiatan rutin ini ia jalankan dengan penuh sukacita. Apalagi ketika musim turis sedang jaya-jayanya biasanya dangan Made cepat habis. Hal ini disebabkan langganannya cukup banyak,
Kegiatan rutin sebagai tonggak kehidupan telah dijalankannya bertahun-tahun. Tiba-tiba usahanya berkurang banyak sekali setelah ada bom di Legian. Inilah kisahnya dan refleksinya ketika ditanyakan tentang arti hidupnya saat ini.
ìBom Bali amat mengejutkan diriku. Rutinitas dan kebiasaan yang membuat kami dapat bernafas lega karena lancar-lancar saja dalam dunia usaha, kita hanya tinggal bayang-bayang yang nun jauh di sana. Kapan dapat diraih kembali? Belum tahu!
Sering aku duduk termenung merenungkan nasibku saat ini. Sayur yang kubawa ke pasar peminatnya sedikit. Karena itu aku hanya membawa sedikit saja. Dalam perjalanan kembali dari pegunungan, aku mempunyai beban. Sayuran begini banyak siapa yang mau beli? Kasihan pak petani, kasihan sopir-sopir, kasihan juga diriku sebab sayuran tidak ada yang beli sebanyak dulu, padahal para petani sudah menanam cukup banyak. Berapa banyak waktu yang telah diberikan, berapa ongkos dan biaya yang telah dikeluarkan? Tetapi apa boleh buat. Hidup ini harus diterima dalam suatu relita, katanya dengan penuh yakin.
Melihat dan mendengar apa yang diuraikan diatas kita dapat mengambil hikmah dari pengalaman Made untuk kita.
Secara psikologis terasa bahwa Made bersama teman-temannya merasa kehilangan berkat karena perilaku beberapa orang. Namun dalam situasi demikian kita dapat melihat betapa dalam refleksi Made tentang arti hidup. Ia melihat bahwa Tuhan mengajarkan kepadanya untuk belajar rendah hati, realistis. Ia merenungkan bahwa hidup harus dilihat melalui jalan keselamatan yang ditawarkan Tuhan kepada kita.
Mungkin pada saat kita jaya tanpa kita sadari kita lahir sebagai sosok arogan, sombong rohani dan besar kepala. Namun saat ini kita dapat belajar dari suatu pengalaman yakni melihat kembali melalui kedalaman hati sambil menyadari bahwa ada dua jenis kesombongan. Di satu sisi kesombongan karena manusia merasa mempunyai kemampuan yang canggih sehingga ia merasa tidak perlu bantuan dari atas dan di lain sisi kesombongan berarti bahwa ia dapat menerima pengampunan tanpa harus bertobat karena Allah mahakuasa dan maharahim sehingga ia menganggap Allah sebagai Yang sepele.
Dalam hal lainnya kita dapat juga melihat pengalaman kemanusiaan yang mengerikan ini merupakan sebuah jalan permenungan bahwa manusia dapat berdosa karena sikap acuh tak acuh; sifat tidak tahu terima kasih; lesu, jenuh dan benci terhadap segala hal termasuk Allah. Dalam situasi ini manusia merasa dirinya paling hebat, orang lain tidak punya kelebihan darinya, ya pokoknya ia menjadi seorang amat super power (ASP) sehingga hanya NATO (tak kerja, tak buat apa-apa, tetapi bocor kata-kata ñ no action talk only)
Maka dalam situasi ini kita sebaiknya mulai belajar beberapa hal rohani.
Pertama: Menyembah Allah yang berarti penuh hormat bakti dan takluk kepada Allah dan mengakui bahwa Allah itu ada dan amat besar kasihNya kepada kita.
Kedua, kita menyembah Allah melalui doa pujian dan doa syukur, doa syafaat dan doa permohonan kita. Doa adalah satu prasyarat yang mutlak perlu untuk menghayati perintah Allah. (Lihat Lukas 18:1)
Ketiga, kita menyembah Allah melalui kurban sebagai bukti penyembahan dan terimakasih, permohonan dan persekutuan dengan Allah. Kurban terindah dan terbesar sepanjang sejarah manusia dalah kurban yang dibawa Yesus di salib dalam penyerahan Diri sepenuhnya kepada kasih Bapa dan demi keselamatan kita.
Menurut St. Agustinus:îKurban yang benar adalah setiap karya yang dikerjakan untuk mengikuti Allah dalam persekutuan kudusî.
Dengan kata lain kita belajar melalui pikiran, perkataan dan perbuatan kita untuk hidup dalam tangan Tuhan. Apa saja yang terjadi direfleksikan dalam kaitannya dengan sejarah keselamatan Tuhan.

Selamat memasuki masa puasa dalam tangan Tuhan!

FIRMANMU TUHAN PEGANGAN HIDUPKU

Asal-usul:
Kitab Suci yang kita kenal saat ini merupakan kumpulan 66 kitab yang telah diseleksi dan ditetapkan oleh Gereja Katolik. Awalnya kitab-kitab ini berbentuk gulungan tulisan tangan yang dimiliki instansi tertentu khususnya instansi keagamaan. Hal ini disebabkan mayoritas masyarakat pada umumnya saat itu masih buta huruf. Karena itu pewartaan iman biasanya dllakukan oleh orang tertentu yaitu para Imam. Metode penyampaian bervariasi dari masa ke masa. Ada saatnya pewartaan iman dalam bentuk lisan, gambar-gambar, vignet, ikon dan lain sebagainya. Semua metode yang dilakukan ditujukan bagi kepentingan perayaan iman (leiturgia) yang dapat diresapi umat.
Pergeseran pewartaan tentu disesuaikan pula dengan perkembangan jaman. Misalnya pada abad ke 7 pewartaan iman mulai dengan menampilkan sosok Yesus sebagai manusia; sedangkan dalam abad ke 12 pementasan alkitabiah diuraikan dalam kotbah, doa, tari, nyanyian, dan melalui simbol-simbol liturgis dan sakramen; sementara dalam perkembangannya di abad ke 14 pewartaan iman tampak dalam alkitab bergambar yang disebut biblia pauperum yang diwartakan oleh Ordo Praedicatorum dan Fransiskan. Pada abad ke 15 ketika Yohanes Gutenberg menemukan percetakan, Kitab Suci tidak lagi ditulis tangan melainkan dicetak. Cetakan pertama Kitab Suci berjumlah 200 buku dan semuanya dalam bahasa Latin. Sedangkan pada abad ke 16 Martin Luther dengan sola scripturanya mencetak 100.000 eksemplar Kitab Suci dalam bahasa Jerman.
Peranan Kitab Suci dalam kehidupan:
Sebagaimana kita ketahui bahwa Gereja Katolik menekankan dua hal kembar dalam pewartaan iman yang menyatu. Inti pewartaan iman kristiani adalah Yesus yang wafat, Yesus yang bangkit dan Yesus yang menyelamatkan, yang terungkap dalam Kitab Suci dan Tradisi (Magisterium). Salah satu unsur yang menunjang kehidupan iman, yang menguraikan tentang sejarah keselamatan dalam diri Yesus Kristus terdapat dalam Kitab Suci. Karena itu Kitab suci menuntun, mengajak, meyakinkan, memperbaiki tingkah laku dan melengkapi kita dengan segala sesuatu untuk berbuat lebih baik. Untuk itu Kitab Suci harus menjadi milik kita disamping Tradisi Gereja. Kitab Suci harus mengalami suatu inkarnasi yang berarti menjadi daging dan darah kita. Sabda Allah menjadi manusia akan mencapai tujuannya bila Kitab Suci meresap dan menjadi satu dengan hidup kita manusia.
Sampai saat ini Kitab Suci masih merupakan bacaan asing bagi kebanyakan orang dalam kalangan umat kita. Kita biasa mendengar bacaan dalam ibadat, tetapi mungkin karena terlalu biasa, bacaan-bacaan itu tidak berkesan lagi. Karena ketika kita mendengar topik bacaan misalnya tentang Zakeus kita spontan mengatakan:îAh saya sudah tahu ceriteranyaî. Pandangan ini mengaburkan kita untuk mau mendengarkan sabda Allah dengan tekun. Karena kita merasa asing dengan Kitab Suci sehingga kita menjadi malas dan kurang berminat membaca Kitab Suci. Mungkin hal ini disebabkan oleh kebiasaan dalam Gereja Katolik yang menyerahkan segala urusan rohani kepada para klerus:imam, biarawan-wati termasuk dalam membahas atau merefleksikan Kitab Suci.
Kini saatnya tiba kita membuka diri dengan membaca Kitab Suci, mempelajari latar belakang penulisan, mensharingkan pengalaman iman yang tertuang dalam Kitab Suci dan membahasnya terus menerus sehingga Kitab Suci menjadi pegangan hidup kita. Sehingga Sabda Allah menjadi manusia dan berdiam di tengah-tengah kita bukan sebagai slogan tetapi hidup dalam diri kita. Bila hal ini terjadi maka Kitab Suci akan menjadi pegangan dalam hidup kita, berakar dalam batin kita dan mempengaruhi seluruh tingkah laku kita.

Komunitas Basis merupakan wadah penghayatan Kitab Suci
Gereja adalah umat Allah yang dihimpun oleh Sabda Allah yang hidup (PO 4). Gereja adalah persekutuan umat beriman kepada Kristus. Persekutuan baru effektif bila persekutuan tidak berjumlah terlalu banyak, sehingga satu sama lain dapat saling memperhatikan dengan lebih saksama. Karena itu komunitas basis dalam Gereja mengambil peran penting dalam mengeffektifkan Kitab Suci. Dalam pembelajaran dan permenungan komunitas Basis, kita perlu belajar untuk menghayati Kristus melalui Sabda-Nya, sebagai ungkapan iman, harapan dan kasih. Yesus bersabda:îDimana dua tiga orang berkumpul atas nama-Ku, Aku berada di tengah merekaî (Mat. 18:20). Sabda Allah berada di tengah kita, bukan dalam kelompok besar tetapi dalam kelompok kecil dimana penghayaran dan pendalaman serta komunikasi iman lebih mudah dapat dilaksanakan.
Komunitas basis merupakan tempat di mana Sabda Allah dapat berakar baik dalam kelompok maupun dalam pribadi setiap anggota. Bacaan Kitab Suci merupakan mata acara dalam pertemuan kelompok basis. Bacaan hendaknya disusul dengan penjelasan secukupnya oleh pastor, katekis, pemandu atau salah satu anggota yang ditunjuk. Adapun tujuan sharing Kitab Suci adalah untuk semakin mengenal kasih Kristus kepada Gereja-Nya.
Kitab Suci sebagai pegangan hidup
Sebagaimana kita ketahui bahwa Kitab Suci memberi kepada kita segala sesuatu yang kita perlukan sebagai pegangan hidup. Santo Paulus menulis dalam suratnya kepada Timotius sebagai berikut:îHendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannnya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baikî (2 Tim 3:14-17). Inti nasehat ini jelas bagi kita. Kitab Suci merupakan kebenaran sehingga patut bila menjadi pegangan hidup kita sebagai pengikut Yesus.
Cara membaca Kitab Suci
Sering kita mendapat informasi yang simpang siur tentang bagaimana membaca Kitab Suci sehingga membuat kita bingung. Karena itu kita perlu mempunyai suatu patokan yang jelas tentangnya.
Dalam membaca dan merenungkan Kitab Suci kita perlu mempunyai motivasi untuk memahami maksud pengarang Kitab Suci. yang kita hubungkan dengan kehidupan kita saat ini. Karena itu kita selalu akan bertanya:îjika pengarang Kitab Suci dulu bermaksud demikian, bagaimana maksudnya bagiku dan bagi masyarakat sekarang? Dengan kata lain, Kitab Suci mengajar kita untuk menilai keadaan sosial dari perspektif kehidupan mereka dan kita sekarang.
Karena itu bila kita ingin untuk memulai refleksi kita atas Kitab Suci, kita pertama-tama akan mendengarkan dengan saksama apa yang dikatakan Allah bagi kita, khususnya melalui perikopa/teks KS. Dalam hal ini kita konsentrasi kita hanya tertuju kepada perikopa/teks tersebut.
Kedua, agar kita mampu mendengarkan Allah kita perlu membuka diri dan membiarkan Allah melalui Roh Kudus-Nya masuk dalam lubuk hati. Maka kita menciptakan hati kita menjadi hening.
Ketiga, kita perlu menciptakan suasana yang mendukung renungan Kitab Suci melalui perhatian yang penuh atau posisi duduk kita agar kita dapat konsentrasi dengan sungguh-sungguh;
Keempat, kita perlu menyadari bahwa kita saat ini sedang bersama-sama saudara-I yang Tuhan beri dalam merenungkan Kitab Suci sehingga kita tidak sendirian dan kita pun dapat mensharingkan pengalaman iman kita kepada saudara lainnya.
Agar dalam membaca Kitab Suci menghasilkan buah maka ada 3 langkah yang membantu dalam men-sharingkan KS antara lain:
memberi waktu dan diri dalam sikap diam atau hening sehingga kita dapat mendengarkan teks/perikopa KS bagi diri sendiri dengan seksama dan penuh konsentrasi;
memberikan waktu untuk mengadakan dialog dengan firman yang telah kita baca dengan pertanyaan :îApa yang dikatakan teks/perikopa kepadaku;
membiarkan diri dalam situasi berdoa dengan penuntun pertanyaan:îapa yang ingin aku katakan secara pribadi kepada Allah sebagai tanggapan kasih karunia yang terurai dalam Kitab Suci?î Bila langkah-langkah ini kita ikuti maka kita akan merasakan buah-buah Roh yang tertuang dalam Kitab Suci melalui ketekunan, kegembiraan, dan kesetiaan sehingga Kitab Suci menjadi pegangan hidup kita yang membantu arah kehidupan.

Selamat merenungkan Kitab Suci khususnya dalam Bulan Kitab Suci Nasional.

Pada Perayaan Santa Maria Ratu, 22 Agustus 2003


Rm. Hubert Hady Setiawan Pr

ENGKAU ADIL DAN HUKUM-HUKUMMU BENAR Mz. 119:137

Pada suatu hari Santo Petrus Sang pemegang Kunci Surga ditugasi untuk mengambil keputusan. Di hadapannya ada seorang Pastor dan Sopir yang pada saat itu datang menghadapnya. Setelah menimbang-nimbang maka Santo Petrus berkata kepada Santo Mikhael: Mikh, tolong bawa dua orang ini satu ke api pencucian dan satu lagi ke neraka!. Yang mana ke neraka dan yang mana ke api penyucian?, tanya Santo Mikhael. Jawab Santo Petrus:Itu lho, Sopir kaubawa ke surga dan Pastor kau bawa ke neraka!. Ada yang berkeberatan?, tanya Santo Petrus kepada dua orang itu. Sang Pastor langsung menjawab:Saya ingin berbicara kepada Anda. Terus terang selama ini saya hormat kepada Anda karena Anda diberikan tanggung jawab memegang kunci surga. Tetapi kiranya Anda belum tahu siapa saya, belum tahu ya!? Saya adalah seorang Pastor. Setiap hari saya merayakan Ekaristi, bahkan saya mengundang umat untuk mengikuti Misa tak pernah lelah; aku mengunjungi umat khususnya yang berkekurangan dan sakit, tetapi lebih sering yang kaya. Aku juga berdoa setiap hari: Laudes, Terts, Vespers dan Completorium; belum lagi Rosario, Taize; Kerahiman Ilahi; Litani dan Jalan Salib. Apa yang kurang?.. Sahut Petrus:Sudah cukup pernyataan dan kritik anda?î. Ingat ingaaaaat, sang Sopir juga setiap hari pulang pergi mengantar penumpang dari satu tempat ke tempat lain mulai dari pagi sampai larut malam. Saking rajinnya ia sering ngebut dan setiap kali ngebut, para penumpang bilang:Ya Tuhan, kasinahilah kami, ya Tuhan kasihanilah kami orang yang berdosa ini. Jangan sampai kami celaka. Tuhan, tolonglah kami; sedangkan engkau setiap hari misa, tetapi manakala engkau berkotbah, gerejamu menjadi sunyi senyap karena semua orang tidur. Mana yang mengundang umat untuk menyebut nama Tuhan? Ayo, Mikhael, bawa mereka menuju tempat masing-masing dalam damai Tuhan. Maka berangkatlah mereka ke tempat yang telah ditetapkan.
Saudara-saudari mungkin anda juga akan mengadakan protes seperti pastor dalam humor di atas bila ada sesuatu yang anda anggap janggal dan tidak adil. Karena itu kita akan membahas dan merenungkan tentang apa itu adil dan benar sesuai dengan tema di atas: Engkau adil dan hukum-hukummu benar.î(Mz. 119:137).
Mazmur 119 ini memuat 176 ayat. Inilah mazmur terpanjang dalam seluruh Kitab Mazmur. Isinya tentang Pujian akan Taurat yang menuntun manusia menuju kebahagiaan.
Pemazmur dalam hal ini ,pertama-tama menyadari dengan sungguh-sungguh siapakah Allah sebenarnya. Allah baginya adalahîDengarlah hai orang Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa! Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu(Ul.6:4-5) Kedua, Kesadaran akan keesaan Allah menjadikan pemazmur mengkonsentrasikan hidupnya hanya kepada Allah. Ia menyadari banyak sekali rintangan dan godaan yang menyerang sebagaimana yang Yesus alami:Kalau engkau Anak Allah jadikanlah batu ini menjadi rotiî (Lk 4:3) atau ìJadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruh dunia akan menjadi milik-MU (Lk 4:7) dan ìJika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawahî (Lk 4:9). Gambaran tenang percobaan Yesus di padang gurun menggambarkan percobaan dan godaan kita pada umumnya yang kita kelompokkan dengan godaan akan kekayaan, kekuasaan dan kenikmatan duniawi semata yang harus kita atasi melalui semangat kemiskinan, ketaatan dan kemurnian. Dengan kata lain, pemazmur mewaspadai adanya godaan.
Ketiga, pemazmur ingin agar hidupnya tidak ternoda karena ia menyadari bahwa ia adalah putera yang terpilih sebagaimana diungkapkan dalam peristiwan permandian Yesus di Sungai Yordan:Engkaulah Anak-Ku yang kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenanî. Ketiga dalam rangka mengasihi Allah yang Esa maka seorang yang beriman ingin mengungkapkan imannya melalui pikiran, perkataan dan perbuatan sehingga ia merasakan apa yang tertulis dalam mazmur:î Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan, yang mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkanNya. Pemazmur tahu apa yang akan dan ingin dituju. Ia tahu visi dan misi yang harus dijalankannya dengan berbagai macam konsekuensi.

Sedangkan untuk merefleksikan dirinya sang pemazmur menyadari bahwa Konsekuensi mengikuti Tuhan ada dalam proses jatuh bangun, susah-senang, sehat-sakit, air mata dan haru, suka-duka dan sebagainya seperti bumbu kehidupan. Menurut Napolen Hill:Pohon terkuat di hutan, bukanlah yang terlindungi dari badai dan tersembunyi dari matahari. Pohon terkuat adalah yang berdiri di tempat terbuka yang mengharuskan ia berjuang hidup melawan angin dan hujan serta terik matahari.
Konsekuensi mengikuti Tuhan adalah bagaimana manusia perlu menggunakan akal sehatnya agar secara logis ia dapat memikirkan, menimbang-nimbang dan mengambil keputusan dengan bijaksana. Konsekuensi mengikuti Tuhan adalah belajar untuk menghadapi rasa malu. (Mz 119:6). Sang pemazmur juga mengetahui kekurangan pribadinya. Ia tahu bahwa ia seperti bejana yang rapuh, penuh kekurangan, sering mengalami keputusasaan; bimbang dan ragu, cemas dan gelisah. Karena itu ia memohon agar ia tidak menyimpang dari jalan Tuhan (Mz 119:9- 11). Dalam situasi demikian ia bahkan berniat untuk tetap setia kepada Tuhan dengan merenungkan perintah Tuhan (Mz 119:13-20); bila ia berada dalam penyimpangan sang pemazmur mohon agar Tuhan menegurnya (Mz 119:21-25). Karena itu keterus-terangan dan keterbukaan menjadi ciri khasnya.
Pemazmur dalam hal ini tekun mempelajari firman Tuhan, mencari jalan yang terbaik dalam hidupnya agar ia berada dalam kebenaran dan keadilan. Ia mempunyai suatu motto.
Orang yang memiliki keyakinan kokoh, menjaga keseluruhan hidup dengan hal-hal positif dan termotivasi untuk mencapai sasaran besar bagi kepentingan yang lebih besar lagi;
Orang dengan kejujuran dan integritas tinggi dapat menciptakan rasa hormat dan kepercayaan yang memungkinkan seluruh hidup dipikirkan secara selaras dan bertindak selaras juga;
Orang yang sanggup memulai sesuatu,. gigih dan menyelesaikan tugas menyuburkan komitmen untuk unggul, memberikan semangat, stamina dan upaya ekstra untuk berlatih keras dan bermain habis-habisan;
Orang dengan kedewasaan dan kematangan dapat menghadapi setiap tekanan dan selalu berhasil keluar dari krisis;
Orang yang memiliki keteguhan hati menolak untuk menyerah terhadap setiap kesulitan dan tantangan yang dihadapi sehingga mampu memberi inspirasi pada diri sendiri untuk terus berjuang;
Orang dengan kerendahan hati ingin menang dalam kasih
Hasilnya: ia hidup dalam damai sejahtera karena telah mengasihi Tuhan dan sesama sedemikian rupa bahkan juga mencintai musuh-musuh atau orang yang tidak disukainya. Pemazmur dalam hal ini belajar dalam kasih Tuhan melalui kebajikan-kebajikan. Inilah kriteria yang sang bijak laksanakan dan pertimbangkan dalam hidup.

Selamat merenungkan hidup yang indah dalam budaya adil dan benar.

EKARISTI: PANIS ANGELICUS ROTI SURGAWI ROTI PARA MALAIKAT

Di seluruh Gereja Katolik di dunia setiap hari ada perayaan Ekaristi. Ekaristi menjadi puncak segala sakramen. Karena itu setiap hari gereja memberikan kesempatan kepada umat Katolik untuk menyantap Tubuh dan Darah Kristus.
Ekaristi merupakan perayaan syukur dan terima kasih kepada Tuhan . kata ìeucharistein dan eulogein mengingatkan pujian bangsa Yahudi, yang memuliakan karya Allah melalui makan. Karena itu Ekaristi adalah perjamuan Tuhan. Lewat Ekaristi Kristus mengikutsertakan Gereja-Nya dan semua anggotanya di dalam kurban pujian dan syukur yang Ia persembahkan di salib kepada Bapa-Nya satu kali untuk selama-lamanya. Melalui kurban ini Ia mengalirkan rahmat keselamatan kepada Tubuh-Nya yaitu Gereja. Karena itu santo Thomas Aquino (1227-1274) merasakan begitu dalam kasih dan pengurbanan Kristus sehingga ia mendaraskan pujian Ekaristi karena relasinya yang begitu dekat dengan Kristus yang tertuang dalam PANIS ANGELICUS, yang berbunyi :
Panis angelicus, fit panis hominum
Dat panis caelicus figures terminum
O res mirabilis manducat Dominum
Pauper, servus et humilis.

Te, trina Deitas, unique poscimus
Sic nos tu visita, sicut te colimus
Per tuas semitas, duc nos quo tendimus
Ad lucem quam inhabitas

Refleksi santo Thomas terhadap Ekaristi luar biasa. Ia melihat dengan mata imannya, betapa Tuhan telah memberikan anugerah yang begitu besar kepada kita melalui Yesus Putera-Nya yang menjadi gizi rohani bagi kehidupan kita. Kita adalah orang yang berdosa yang tidak layak menerima Tubuh dan Darah Kristus, namun Tuhan memberikan kepada kita anugerah kehidupan yaitu Yesus sebagai Penebus dosa.
Terjemahan lagu di atas sebagai berikut: Yesus roti surgawi; jelas dan nyata keberadaanNya yang membawa kekuatan. Kami menyembah dan menyambut santapan kudusMu. Penuh damai, sukacita dan bahagia. Terpujilah Allah tritunggal, kami puji dan sembah. Bersatu dalam Engkau kami kuat bersatu, dalam iman hanya kepadaM. Tuhan pimpin kami sepanjang hidup menuju damai dan terang surgawi. Berilah kami damaiMu selama hidupku bersamaMu.
Ekaristi diawali oleh Perjamuan Malam Terakhir Yesus bersama para murid. ëdan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkan lalu memberikannya kepada murid-muridNya dan berkata†:†ëAmbillah, makanlah, inilah TubuhKuí Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata:Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. ( Mt.26:26-28//Mrk.14:22-25//Lk.22†:15-20 dan 1Kor.11†:23-25). Apa yang dikatakan Yesus dalam Perjamuan Malam Terakhir selalu dikenang dan dilakukan oleh para murid. Hal ini dengan jelas diuraikan 1 Kor 11:23-25., yang berbunyi:Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil royi dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata†:†ëInilah Tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.
Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh Darah-ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Daku.
Apa yang dikatakan Yesus benar-benar dicamkan oleh para murid. Karena itu mereka selalu berkumpul, bersatu, mengadakan puji-pujian dan doa bersama sambil memecahkan roti, dan mengucapkan kata-kata institusi yang terurai dalam konsekrasi. Melalui ekaristi mereka selalu mengenang kehadiran Yesus lewat sabda dan karya kasih-Nya yang tidak berkesudahan. Hasil yang mereka rasakan, adalah kenyataan bahwa mereka selalu merasa gembira baik secara rohani maupun jasmani. Hidup yang penuh tantangan dilihatnya sebagai sebuah kesempatan untuk semakin mengasihi Tuhan yang menjadi Gembala mereka. Melalui ekaristi mereka dikuatkan. Karena itu mereka selalu berusaha untuk hadir dalam ekaristi yang dilanjutkan dengan Agape (makan bersama). (bdk. Kis 2:41-47; 4:32-35).
Ekaristi adalah pusat kehidupan Gereja. Karena dalam dan melalui Ekaristi kita dapat berkumpul bersama sebagai saudara seiman. Di sana kita dapat berbagi pengalaman iman dan kasih. Dalam Ekaristi kita pun dapat memohon apa saja yang kita perlukan bagi kehidupan kita terutama kehidupan rohani. Maka Ekaristi adalah puncak dari segala sakramen. Karena dalam Ekaristi terkandung penebusan dan pengurbanan Yesus sedemikian rupa. Melalui Ekaristi Yesus mengurbankan diri-Nya untuk dosa kita dan kita dipersatukan dengan Kristus. Kitapun didewasakan dan disembuhkan secara rohani. Karena itu dalam Ekaristi ada dua bagian yang mewarnai Ekaristi. Pertama, kita merayakan Sabda. Di sana kita mendengarkan apa yang disabdakan oleh Yesus, dikotbahkan oleh Pastor. Disusul dengan bagian kedua, Liturgi Ekaristi. Di sana kita masuk dalam persembahan Yesus yang secara jelas diucapkan melalui kata-kata konsekrasi. Sesudah itu kita menerima komuni. Inilah puncak dari seluruh kegiatan Liturgy, yaitu Yesus memberi diri-Nya dan kita dan kita menyantapnya. Jadi melalui Ekaristi kita mendengar dan menyantap Sabda.
Sering kita berpikir kalau ke gereja kita hanya ingin mendengar kotbah pastor yang enak di dengar dalam Ibadat Sabda. Sehingga kalau kotbahnya kurang menarik kita kecewa. Kita kurang lagi memfokuskan diri kita kepada Kristus, tetapi hanya kepada imam yang kotbahnya hebat seperti selebritis saja. Hendaknya diingat bahwa kita datang ke gereja untuk bertemu dengan Yesus dan bersatu dengan saudara seiman yang berpuncak pada penerimaan Yesus dalam komuni. Kotbah memang membawa pengaruh psikologis rohani kita, tetapi sebenarnya komuni kudus membawa kita kepada proses pengudusan diri yang lebih penting dari sekedar pertumbuhan psikologis rohani. Karena melalui komuni kudus kita benar-benar dipersatukan oleh Kristus dan sekaligus ditebus oleh-Nya. Bila kita menghayati Ekaristi maka kita dapat melantunkan lagu Panis Angelicus yang diaransir oleh Louis lambilote (1795-1855). Yang dilagukan begitu indah Pavarotti atau Andreas Bocceli.
Marilah kita memperbaiki pemikiran dan pandangan kita tentang Ekaristi.
Selamat merenungkannya.

DOA ROSARIO

Bulan Mei dan Oktober bagi kita adalah bulan ROSARIO. Mengapa kita berdoa rosario? Doa ini sudah didoakan gereja pada milenium kedua dengan tiga peristiwa gembira, sedih dan mulia dan pada milenium ketiga ini Bapak Paus Yohanes Paulus II menambahkan satu peristiwa yaitu peristiwa terang atau cahaya. Semua peristiwa berfokus pada peristiwa Yesus.
Dalam doa rosario kita mendoakan 50 Salam Maria. Melalui limapuluhan Salam Maria menggambarkan bahwa rosario memang berciri khas Maria. Rosario dalam hal ini adalah gema dari doa Maria:îAku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanMuî (Luk. 1:38). Rosario adalah Magnificat abadi untuk memuji karya inkarnasi yang menyelamatkan, yang dimulai dari rahim Maria yang tetap perawan (bdk. 1:46-55). Melalui rosario setiap orang kristiani berguru di sekolah Maria: Mereka dilatih untuk menatap keindahan wajah Kristus dan mengalami kedalaman kasih-Nya. Sehingga sebagaimana Maria yang taat kepada kehendak Bapa mau melebur dan mau berpartisipasi dengan penuh tanggung jawab akan karya penyelamatan. Melalui sekolah Maria kita diajarkan pula bagaimana mengambil sikap dalam seluruh peristiwa baik gembira, sedih, terang dan mulia. Karena itu berkat doa rosario kaum beriman menerima rahmat berlimpah lewat tangan Bunda Penebus sendiri.
Namun di lain sisi sebenarnya doa rosario adalah doa yang Kristosentris yang bersifat kontemplatif. Melalui butir-butir sederhana doa rosario menampilkan inti amanat Injil dimana fokus utama sejarah keselamatan adalah Yesus sendiri. Hal ini dapat kita lihat dalam peristiwa-peristiwa doa rosario yang berfokus pada karya keselamatan Yesus yang diutus oleh Bapa dalam Roh Kudus melalui seorang perawan yang dipilih Allah bernama Maria.
Rosario yang bersifat kontemplatif tersebut merupakan salah satu sarana tradisional doa kristiani yang diarahkan kepada kontemplasi wajah Kristus. ìSebagai doa Injil, yang dipusatkan pada misteri inkarnasi yang menyelamatkan, rosario adalah doa yang memiliki orientasi kristologis yang gamblang, (Paulus VI) Unsurnya yang paling khas adalah pendarasan Salam Maria secara berantai yang bertujuan memuji tanpa henti kepada Kristus yang menjadi puncak baik dari kabar malaikat maupun dari salam Elisabeth:îTerpujillah buah tubuhmuî (Luk 1:42).
Lima puluhan pertama, peristiwa-peristiwa gembira menggambarkan tentang sukacita yang memancar dari peristiwa inkarnasi, Hal ini tampak dalam peristiwa pertama, Maria menerima kabar gembira dari malaikat. Dalam hal ini jelas Maria mendapat undangan mesianis. Malaikat Gabriel berkata::îSalam, hai engkau yang penuh rahmat, Tuhan sertamuî. (Luk 1:28) atau dengan kata lain:îbersukacitalah Mariaî sebab engkau telah dipilih Allah untuk menjadi Bunda Allah. Hal ini dikuatkan lagi dengan pertemuan Maria dengan Elizabeth yang mengatakan:îDiberkatilah engkau di antara semua perrempuan dan diberkatilah buah rahimmuî (Luk 1:43a).
Sukacita merupakan kata kunci perjumpaan Maria dengan Elizabet sekaligus juga sukacita merupakan kegembiraan seluruh Betlehem (Luk. 2:10) ketika para malaikat mewartakan kabar kelahiran Kristus.Berawal dari berita gembira kita sebagai geraja ingin merenungkan peristiwa ìgembiraî yang berarti menyelami sumber utama dan makna teralam sukacita kristiani bahwa Yesus, Sang Juruselamat kita telah lahir. Dalam peristiwa ini Maria menuntun kita menemukan rahasia sukacita kristiani khususnya pada masa kanak-kanak Yesus.
Limapuluhan kedua, kita diajak untuk merefleksikan Yesus yang memulai karya-Nya di Galilea melalui peristiwa terang. Berawal dari peristiwa (1) Yesus dibaptis di Sungai Yordan (Luk 3:21-22) kita diajak untuk melihat terang selalu hadir dalam kehidupan Yesus yang dilanjutkan dengan (2) Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta perkawinan di Kana (Yoh 2:1-11); (3) Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan (Mk 1:15), (4) Yesus menampakkan kemuliaan-Nya (Luk. 9:28-36 kh:35) dan (5) Yesus menetapkan Ekaristi (Yoh 13:2-36; Luk 22:14-20//Mat14:12; Mat 26:17) sebagai ungkapan sakramental misteri paskah. Melalui peristiwa ini kita diajak untuk merenungkan perista pewahyuan Kerajaan Allah yang kini tampak dalam pribadi Yesus. Dalam peristiwa ini peranan Maria hanya tampak dalam perkawinan di Kana. Tetapi sesungguhnya Maria sungguh terlibat dalam semua peristiwa terang karena ia dinaungi oleh Roh Kudus yang memberi terang dan sekaligus adalah Terang itu sendiri.
Limapuluhan ketiga, Peristiwa Sedih menggambarkan bagaimana Yesus tampil dalam misteri kesengsaraanNya. Dari awal, kesalehan kristiani, khususnya dalam devosi Jalan Salib Masa Prapaskah, telah dipusatkan sengsara Kristus. Doa rosario memilih peristiwa sedih untuk mengudnang kita melihat betapa kasih yang mengalir adalah kasih yang penuh pengurbanan. Dan hal ini dijalankan Yesus. Urutan dimulai dengan (1) peristiwa di Taman Getsemani (Luk 22:39-46); di sini Yesus mengalami sakrat maut menghadapi kehendak Bapa, dimana kelemahan manujsia tergoda untuk meberontak. Dan harga kepatuhan kepada kehendak Bapa ini menjadi jelas dalam (2) peristiwa Yesus didera (Yoh 19:1), (3) Yesus dimahkotai duri (Yoh 1(;2-3), (4) Yesus memanggul salib-Nya ke gunung Kalvari (Luk 23:26-32) dan (5)Yesus wafat di salib (Luk 23:44-49). Peristiwa sedih membantu kita menghayati kematian Yesus, berdiri di kaki salib di samping Maria, masuk brsama Maria ke lubuk kasih Allah bagi manusia dan emngalami seluruh kuasa Allah yang memberi kehidupan.
Limapuluhan keempat, Peristiwa Mulia. Dalam peristiwa mulia ini kita diajak untuk menerungkan iman kita berdasar Yesus yang wafat, Yesus yang bangkit, Yesus yang menyelamatkan (mysterium fidei) atau yang kita kenal dengan istilah kerygma kristiani. Peristiwa ini menggambarkan kasih Allah yang nyata yang ingin mengubah manusia menjadi manusia baru melalui kebangkitan Yesus Putera-Nya. Dalam hal ini peristiwa mlia menuntun umat beriman menuju kebahagiaan eskatoligis dengan harapan yang makin besar: kita menuju Allah yang menyelamatkan (Shalom). Peristiwa tersebut diawali dengan Yesus bangkit adi kematian (Luk 24:1-12); (2) Yesus naik ke surga (Luk 24:50-53); (3) Roh Kudus turun atas para Rasul (Kis 2:1-13); (4) Maria diangkat ke surga (1 Kor 15:33; DS 3903); (5) Maria dimahkotai di surga (Why 12:1; DS 3913-3917)
Selamat menikmati bulan Maria dalam rosario. Marilah kita pergi kepada Yesus melalui Maria. (per Mariam ad Iesum).

Damai Kristus,
† Rm.Hubert Hady Setiawan Pr.

DI DOA IBUKU NAMAKU DISEBUT

Maria Virginia (bukan nama sebenarnya) tumbuh dan berkembang dalam keluarga katolik yang kental. Ayah dan ibu Maria adalah tokoh dalam stasinya. Mereka selalu tekun berdoa dan setiap hari mereka mengikuti Ekaristi. Selepas kerja, mereka sibuk membantu di stasi dimana mereka tinggal. Maka tidaklah mengherankan bila Maria sejak umur 5 tahun sudah menghafal doa rosario dengan peristiwa-peristiwanya (waktu itu hanya ada 3 peristiwa-peristiwa : gembira, sedih dan mulia). Di samping sang ayah sebagai ketua wilayah, ayah pun sibuk dengan urusan administrasi di kampungnya sebagai sekretaris. Maka tidaklah mengherankan bila Maria sejak kecil dikenal se antero kampungnya. Mereka berdecak kagum akan hidup keluarga Felix Atma. Luar biasa ! kata orang. Mana bisa orang membagi diri sedemikian sempurna ?! Kehidupan agama dijalankan dengan baik, kehidupan bermasyarakat pun tidak ketinggalan. Inilah anugerah yang diterima oleh keluarga Maria Virginia.
Waktu terus berlalu. Tiba akhirnya Maria harus meninggalkan kampungnya untuk melanjutkan studinya di kota. Di kota, ternyata Maria juga cukup dikenal. Ia trampil, luwes dan bersahaja, suara merdu dan penampilannya membuat decak kagum. Karena itu tidaklah heran, banyak pria muda meliriknya karena ia menjadi ëbungaí kelas. Namun setiap kali ada yang mendekatinya, Maria mengatakan bahwa hubungan mereka hanya boleh sebatas teman atau saudara, tidak lebih dari itu. Studi di SMA bukan untuk merencanakan cepat-cepat berumah tangga, apalagi dengan cara yang kurang bertanggung jawab. Karena itu ia harus mempunyai prinsip. ìBelajar adalah yang utama dalam masa muda; Belajar untuk mempersiapkan masa depan yang lebih ceria; Belajar adalah perjuangan bagi hidup kelakî. Maka Maria mencoba terus belajar dengan lebih serius agar ia tetap berada dalam lima besar. Karena itu Maria cukup disiplin. Disiplin harus dimulai dari diri sendiri, gumamnya suatu ketika.
Waktu terus berlalu. Maria semakin dewasa. Maka dengan perjuangan yang tak pernah henti, Maria dapat diterima di Perguruan Tinggi. Di sana ia semakin berkembang sebagai mahasiswi. Ia dengan cepat dikenal. Sehingga seperti peribahasa ada gula ada semut†; demikianlah Maria. Banyak pemuda yang mendekatinya, namun ditampiknya. Hingga, pada suatu hari ada seorang yang bernama Aria. Pertemuan pertama membuat Maria salah tingkah. Apakah ini panah asmara†? Belum pernah ia merasakan hal ini sedemikian rupa. Aria adalah seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran yang pandai bermain musik, suka menyanyi†; Sedangkan dirinya berada di Fakultas Teknik, suka menyanyi dan berorganisasi. Tampaknya klop. Maria jatuh hati. Hatinya berbunga-bunga. Hampir setiap hari mereka berduaan. Itulah cinta yang tak dapat dielakkan. Hari-hari menjelang pembuatan skripsi dimulai ternyata cinta itu dimulai juga tanpa dapat dielakkan. Maka mereka nikmati. Ternyata ketika hati sudah bertaut, ada sebuah ganjalan. Kedua orangtua Maria dan Aria sama-sama aktif dalam bidang agamanya masing-masing. Putus ?! Tak mungkin ! Karena Maria adalah Putri bagi Aria dan Aria adalah Pangerannya Maria. mereka tidak mau dan mampu dipisahkan. Cinta telah terpateri dalam kehidupan mereka. Apa jalan keluar yang harus diambil ? Dispensasi sudah dianjurkan namun tidak diterima pihak Aria. Maria bingung. AkhirnyaÖsalah seorang harus mengalah. Siapa yang mengalah ? Ternyata Maria. Maka hebohlah Gereja. Banyak orang yang tidak mengerti persoalan, mulai berpendapat macam-macam. Ada yang positif, tetapi cukup banyak juga yang negatif. Kedua orangtua Maria hanya bisa menangis dan pasrah. Dalam kepanikan tersebut, mereka segera datang untuk berkonsultasi dengan pastor. Memang mereka amat takut dengan pikiran : ìJangan-jangan ditolak. Atau bahkan lebih daripada itu ? tetapi ternyata, nasehatlah yang didapat. Nasehat itu kini tinggal kenangan. Sebab waktu berlalu begitu cepat.
Nasehat yang masih diingat adalah:
1. Bila anda punya persoalan, jangan berpikir bahwa Allah meninggalkan anda. Tutuplah mata, mulut dan telinga; bukalah hatimu dihadapan Tuhan.
2. Berdoalah selalu dan selalu, sambil menyerahkan diri, terutama dalam Ekaristi dan doa-doa seperti Novena, Rosario, Koronka dan baca Kitab Suci secara mendalam.
3. Bersikaplah realistis dan bersahaja, sebab pepatah mengatakan jika anda benar tidak ada yang ingat; tetapi bila anda bersalah, tidak pernah ada yang lupa akan kesalahanmu. Maka tenang-tenang saja di dalam Tuhan dalam segala situasi: suka-duka; sehat-sakit jadilah diri sendiri. Contohlah ibu Maria yang selalu setia dan mencoba memaknai segala persoalan yang hadir dalam kehidupannya. Bukankah Maria mengatakan : ìAku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanMu (Luk 1.38). Ayah Maria bertanya, Berapa lama kami harus berdoa, Pastor ? jawab Pastor, ìSelama-lamanya. Kalau anda percaya pasti akan terjadi. Cobalah 10 tahun berdoa untuk puterimu. Apa saya tidak salah dengar, Pastor? kata ayah Maria lagi. Tidak, pak, ini serius, jawab Pastor. Lalu keduanya kembali ke rumah dengan hati yang masih gundah. Hal ini disebabkan betapa lamanya 10 tahun harus berdoa untuk satu intensi saja. Jalan satu-satunya, adalah dijalankan dengan tekun.
Ternyata 10 tahun tidak terasa berlalu. Apa yang dikatakan oleh Pastor tersebut mulai berbuah. Pengertian dalam hal iman mulai terjadi dalam keluarga Maria-Aria yang telah dikaruniai 2 putera dan 1 puteri. Mereka saling berbagi dan saling mengasihi. Merekapun saling menghormati.mereka hidup dalam toleransi satu sama lain karena cinta; namun Pastor yang mengatakan hal itu telah tiada. Tetapi kata-katanya tetap hidup dan mengubah keluarga-keluarga yang kurang peduli akan kehidupan anak-anaknya, karena hanya memikirkan diri sendiri.
Di lain sisi, kedua orangtua Maria mendapat peneguhan. Ternyata kunci kekuatan hanya dalam ekaristi dan doa setiap hari. Dimana segala kepedihan disatukan dalam kasih dan kesetiaan Kristus yang terus memancar dalam kehidupan menggereja. Karena Yesus bersabda,Barang siapa yang haus, baiklah ia datang dan minumí (Yoh. 7:37). Sebagai orangtua, mereka hanya mempersembahkan puteri mereka kepada Yesus Sang Gembala utama. Karena Yesus bersabda,Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawa bagi domba-dombanyaí (Yoh. 10 : 11). Inilah kekuatan yang diberikan Tuhan kepada mereka, yaitu Iman. Iman yang tumbuh dalam kesulitan; kegersangan dan kekalutan. Namun dalam situasi yang demikian Kasih Allah terus mengalir seperti sungai, tiada henti. Proses penyadaran dan pembelajaran sedang terjadi seperti yang dialami Habakuk yang mendaraskan kata-kata penuh makna: Sekalipun pohon ara tidak berbunga; Pohon anggur tidak berbuah; Hasil pohon zaitun mengecewakan; Sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, Namun aku akan bersorak-sorai di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itu kekuatanku; Ia membuat kakiku seperti kaki rusa; Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku(Habakuk 3 : 17-19).

Selamat merenungkannya dalam kasih Tuhan

Damai Kristus,
† Rm.Hubert Hady Setiawan Pr

Kamu telah dipanggil untuk merdeka! (Gal. 5:13)

Cerita tentang penciptaan manusia dalam Taman Eden atau Firdaus menggambarkan bagaimana kedudukan manusia : Adam dan Hawa merupakan tokoh paling bernilai dalam ciptaan karena ia adalah citra Allah. (Asal kata citra berasal dari kata gambar atau tselem yang berarti patung dan rupa atau demut yang berarti keserupaan). Dengan diciptakannya manusia sebagai citra Allah maka manusia diberikan hak dan kewajiban untuk mengelola bumi dan melestarikan harmonisasi (Kej. 1:28). Karena itu Adam (manusia) dan Hawa (hidup) dalam taman Eden dipandang sebagai lambang oikos (rumah), simbol eco-system dengan eco-balance. Manusia pertama digambarkan hidup dalam keadaan simbiosis harmonis dengan semua makhluk. Harmonisasi ini ternyata tidak berlangsung lama karena manusia kemudian menyalahgunakan kebebasan yang Tuhan berikan. Manusia tidak peduli pada apa yang Tuhan katakan: Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati (Kej. 2:16-17). Kelimpahan kasih Tuhan seharusnya mendorong manusia untuk hidup sesuai dengan petunjuk Tuhan dengan akibat ia akan hidup selama-lamanya dalam berkat-Nya yang melimpah. Namun kenyataan menyatakan bahwa manusia yang diberikan kebebasan itu ternyata berdosa. Dosa berarti mengadakan pemutusan hubungan kasih dengan Tuhan. Dosa berarti tidak perduli akan apa yang Tuhan inginkan dari manusia. Dosa berarti kesombongan manusia. Dosa mengakibatkan manusia menutup diri; tidak terbuka kepada Allah bahkan mempersalahkan Tuhan (Kej. 3:12). Saling menolong telah berubah menjadi saling mempersalahkan.
Tuhan mendekati manusia yang bersalah dan berdosa dengan ramah dan penuh kasih. Namun manusia dalam rasa takut menyembunyikan diri. Dalam hal ini manusia memendam rasa. Akibatnya tidak peduli kepada Tuhan dengan akibat ia semakin jauh dari Tuhan. Situasi ini tentu tidak menguntungkan karena semakin manusia menjauh dari Tuhan semakin beban dosa menghimpit manusia. Kalau Tuhan saja tidak dipedulikan apalagi sesama yang sama-sama makhluk ciptaan. Inilah yang terjadi dalam dunia sejak dosa menguasai manusia. Manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya (Homo Homini Lupus). Manusia menindas satu sama lain sehingga manusia tidak lagi merdeka. Dosa mengakibatkan manusia berada dalam sumur dosa. Ia tidak dapat keluar dari situasi tersebut karena sudah seperti benang kusut. Dosa membuat seseorang menderita dalam pergulatan pahit di dalam penderitaan. Derita ini biasanya disimpan sebagai rahasia sampai akhir. Kerapkali disembunyikan, kalau tidak ditekan, bagaimanapun sakitnya. Tetapi di belakang kedok, badai tetap mengamuk dengan membawa pengaruh pedih, merusak banyak. Semakin hebat ditekan, semakin hebat meracuni dan menghancurkan segala lainnya, dan terutama meniadakan semua rasa sukacita tanpa praduga. Dalam situasi demikian manusia merasa tidak kerasan di dalam dirinya sendiri seolah di dalam dagingnya ada duri. Manusia merasa sebagai seorang munafik, pendusta. Jiwanya terpotong menjadi dua dalam kegelisahan. Itulah situasi dosa. Karena itu kita harus punya kesadaran bahwa situasi tersebut tidak menguntungkan sama sekali. Karena itu harus mencari solusi.
Adalah Tuhan yang mahapengasih yang tetap memberikan peluang dan kesempatan kepada manusia melalui pertobatan. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikianî (Lk 13:3.5). Pertobatan merupakan suatu jalan keluar. Tobat berarti keluar dari belenggu dosa. Tobat berarti tidak lagi menyetujui hal-hal yang memberikan kenikmatan tetapi tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tobat berarti meninggalkan cara hidup lama sebagai penjudi, pencuri, pemabuk, berbuat cabul, berbohong, bersaksi dusta dan sebagainya (Gal. 5:19-21). Bertobat berarti mencari jalan keluar untuk hidup dalam kasih Tuhan dengan mengakui diri sebagai pendosa. Bertobat merupakan suatu sarana untuk merdeka di dalam Kristus. Karena itu seorang yang bertobat adalah seorang yang mempunyai rencana indah seperti yang dialami oleh kaum anawim atau orang-orang miskin Israel dengan jalan bangkit kembali karena hanya berharap kepada Allah. Dalam hal ini si pendosa atau kita merasa sebagai orang miskin, lemah dan tak berdaya yang memerlukan pertolongan dan campur tangan Allah. Sehingga semangat rohani dalam bentuk pasrah kepada-Nya ini mengandung juga suatu dinamika transformatif yaitu dinamika yang mengubah diri manusia dari situasi ketidakberdayaan orang-orang terbelenggu menjadi orang-orang yang sungguh terlepas dari beban belenggu dan hidup sebagai manusia merdeka khususnya dari belenggu dosa.
Merdeka adalah suatu situasi dan kondisi di mana seseorang dapat menggunakan dan mengembangkan hak asasinya yang paling dasariah secara bebas tanpa tekanan dan paksaan. Hal ini disebabkan ia sudah bebas dari belenggu khususnya dosa. Orang hanya dapat merdeka bila ia mempunyai prinsip bahwa hidupnya harus bersama Kristus di manapun ia berada. Ia percaya bahwa Kristus adalah segalanya; kekuatan hidupnya dan pemberi terang; cermin jalan, kebenaran dan hidup. Ia memerlukan Kristus sebagai penebus, pembebas atau goel. Sebagai goel, Yesus dilihat sebagai anak sulung, yang pertama lahir, yang bertugas membela dan membebaskan seluruh anggota keluarga dari belenggu. Ia adalah kerabat dekat yang datang untuk membantu saudara-saudari-Nya sehingga mereka sekali lagi dapat hidup dalam keselarasan. Ia datang untuk memugar kehidupan bersama seturut yang dikehendaki Allah.

CIRI CIRI MANUSIA MERDEKA:
DINAMIS-TERBUKA
Orang yang sepenuhnya menyadari kemerdekaannya dari belenggu niscaya telah melalui proses dinamis yang membuka dirinya sendiri dari rasa takut, tidak gampang menyerah kalah dan mempunyai motto:siapa takut! Karena ada Kristus disampingnya selalu.
REFORMIS-PEMBAHARU
Orang yang kenal Krsitus selalu merasa diperbaharui oleh Roh dari hari ke hari. Hidupnya selalu merasa gembira karena ia merasa sebagai orang merdeka dan dewasa; hidup selalu dilihat sebagai kesempatan untuk mendapatkan rahmat. Mottonya adalah kesempatan hidup rahmat hanya satu kali, jadi jangan dilewatkan begitu saja!
BERUBAH DAN BERBUAH
Orang yang mengenal Kristus, mencintai dan dicintai Kristus selalu ingin berubah menjadi lebih baik. Karena itu ia berusaha untuk menghasilkan buah-buah roh yaitu mengalami kasih,sukacita dan damai sejahtera Mottonya adalah nikmatilah kasih Allah setiap saat dalam situasi apapun!
VISIONER-OPTIMIS
Orang yang mengikuti Kristus akan dapat melihat ke depan bahwa tugas yang diamatinya merupakan suatu kesempatan untuk berbakti sehingga dalam situasi manapun ia tetap optimis. Mottonya: Kalau berjalan bersama Tuhan semuanya beres!

Selamat menikmati kemerdekaan sebagai manusia merdeka! Karena supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. (Gal. 5:1)


Damai Kristus,
† Rm.Hubert Hady Setiawan Pr.

BENIH YANG TUMBUH (Mrk. 4:8; 20)

Bulan Juni dan Juli setiap tahun merupakan bulan yang menggembirakan dan sekaligus sulit bagi orangtua siswa. Hal in idisebabkan di satu sisi, gembira karena anak-anak naik kelas, atau anak naik ke jenjang yang lebih tinggi pendidikan; namun di lain sisi orangtua pusing tujuh keliling karena biaya pendidikan saat ini cukup tinggi bahkan ada yang mahal sekali.
Masalah ini melahirkan sikap-sikap tertentu seperti: Ada orang tua yang berusaha untuk menyekolahkan anaknya berapa pun biayanya; ada orangtua yang berusaha untuk menawar sekian untuk anak mereka agar mereka dapat sekolah di sekolah yang baik; ada juga yang sudah merasa lelah dan tidak berdaya dengan biaya yang harus dikeluarkan dan akhirnya anak tidak sekolah saja.
Dikatakan dalam Injil Markus 4:8-20 tentang penabur dengan berbagai jenis tanah. Ada yang jatuh di pinggir jalan; ada yang jatuh di tanah yang berbatu-batu; ada yang jatuh di semak berduri dan ada yang jatuh di tanah yang baik. Hasil dari setiap tanah berbeda. Benih yang jatuh di pinggir jalan akan dimakan burung; benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu cepat layu dan kering; benih yang jatuh di tengah semak duri tidak berbuah dan yang jatuh di tanah subur akan menghasilkan banyak: 30X; 60X dan 100X lipat.
Tanah bagi anak-anak adalah orangtua dan lingkungan di mana mereka hidup. Anak-anak adalah hasil buah kasih orangtua yang dititipkan oleh Tuhan kepada orangtua. Karena itu orangtua mempunyai hak dan kewajiban untuk memberi kasih dalam kehidupan yang sehat secara jasmani maupun rohani dan mempunyai hak untuk mendidik anak-anak sesuai dengan komitmen mereka sebagai suami-isteri. Dalam rangka pendewasaan anak-anak, orang tua mempunyai tugas untuk mendidik anak-anak sedemikian rupa sehingga anak-anak dipersiapkan menjadi orang yang beriman teguh, beretika anggun, menghormati sesama dan berpendidikan luhur serta tahu bersyukur kepada Tuhan.
Dalam situasi dan kondisi yang diciptakan oleh orangtua seharmonis mungkin menjadikan anak-anak akan tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang dapat menggunakan akal sehat, selalu tampak ceria dan bahagia. Karena itu situasi kekeluargaan dan kebahagiaan yang dialami anak-anak merupakan permata hidup masa depan mereka. Mereka dengan polosnya akan berusaha untuk menciptakan keluarga harmonis yang mereka alami; namun sebaliknya bila anak-anak mengalami luka batin entah karena orangtua bercerai; sering bertengkar; situasi ekonomi yang kurang sehat; terjadinya pelecehan dalam keluarga di mana suami/isteri tidak saling menghormati melainkan saling menghina di depan anak, apalagi bertindak keras satu sama lain entah melalui perkataan atau perbuatan maka anak tanpa disadari telah mengikuti pelajaran kehidapan seperti ini. Hidup menjadi skenario impian yang kandas dan harapan yang buyar. Kasihan mereka bila hali ini terjadi.
Dalam mencapai kebahagiaan yang merupakan proses kehidupan maka kita perlu mempunyai kesadaran akan beberapa hal yang menunjang hidup dan kebahagiaan kita.
Pertama, kita perlu menyadari bahwa untuk mencapai keberhasilan ada seribu satu kegagalan. Untuk setiap percobaan yang berhasil, kegagalan bertebaran tapi kita harus berusaha untuk terus memperbaikinya. Kebahagiaan dalam hal ini meminta kita untuk menghadapi dan menerima kebenaran. Kegagalan mengajarkan kepada kita untuk belajar. Kegagalan satu-satunya yang nyata adalah kegagalan yang tidak menjadi kesempatan bagi kita untuk untuk memetik pelajaran. Kegagalan dapat bersifat mendidik. Maka berpikirlah positif agar semuanya dapat dilihat dengan kacamata jernih.
Kedua, dalam kehidupan manusia kita perlu mengupayakan pertumbuhan. Pertumbuhan melihat hidup sebagai proses dan selama proses itu keterampilan-keterampilan lambat laut berkembang. Awalnya semua hal yang kita lakukan sulit, misalnya belajar menulis, pada awalnya sulit sekali tetapi ketika kita terus menerus berlatih maka kita mengalami pertumbuhan.
Ketiga, agar segalanya berjalan lancar diperlukankomunikasi satu sama lain. Misalnya saat ini keuangan sedang sulit. Maka kita mengajak anak-anak untuk merundingkan keadaan keuangan kita sehingga lahir dalam komunikasi tersebut suatu pengertian. Komunikasi akan memperlancar segala yang menghambat diri kita. Komunikasi merupakan perwujudan cinta kasih. Syarat pertama ialah kita harus berpikir tentang diri kita sebagai pemberian yang harus diberikan, misalnya saling mendengarkan dan bercakap-cakap satu sama lain. Syarat kedua adalah kita harus memandang orang lain sebagai pemberian yang ditawarkan kepada kita. Pertukaran pemberian ini adalah komunikasi.
Keempat, kita perlu belajar untuk bersukacita atas hal-hal yang baik yang ktia terima. Sukacita atau kegembiraan lebih berupa suatu sikap mental daripada suatu perangkat keadaan. Sukacita lebih merupakan pilihan daripada kesempatan. Melalui sukacita yang kita nikmati kita dapat merasakan bahwa hidup ini penuh kasih.
Kelima, marilah kita mengajak anak-anak kita untuk tekun berdoa. Berdoa adalah berbincang-bincang, berkomunikasi dan mengungkapkan siapa dan apa yang kita alami dan harapkan. Perbincangan ini bukan dengan manusia tetapi dengan Tuhan, sang Pencipta. Betapa kita harus bersyukur karena kita telah diciptakan sesuai citra Allah sehingga kita merupakan mahluk tertinggi. Untuk mengalami doa maka kita perlu menciptakan suasana hening hati. Dalam keheningan hati itulah Allah hadir. Allah adalah sahabat keheningan. Dalam doa kita perlu mendengarkan allah. Ini penting. Doa memberi kita makan rohani, menghidupi jiwa. Doa memberi kita hati yang bersih dan murni. Doa adalah kekuatan hidup kita baik dalam menangkal hal-hal yang buruk maupun memperkuat hal-hal positif yang ada dalam diri kita.
Semoga segala kesulitan melahirkan solusi terindah dalam hidup; segala kegembiraan dan harapan mewarnai kehidupan kita dalam proses jatuh bangun dalam Kristus.

Damai Kristus,
† Rm.Hubert Hady Setiawan Pr.