Minggu, 01 Juni 2008

FIRMANMU TUHAN PEGANGAN HIDUPKU

Asal-usul:
Kitab Suci yang kita kenal saat ini merupakan kumpulan 66 kitab yang telah diseleksi dan ditetapkan oleh Gereja Katolik. Awalnya kitab-kitab ini berbentuk gulungan tulisan tangan yang dimiliki instansi tertentu khususnya instansi keagamaan. Hal ini disebabkan mayoritas masyarakat pada umumnya saat itu masih buta huruf. Karena itu pewartaan iman biasanya dllakukan oleh orang tertentu yaitu para Imam. Metode penyampaian bervariasi dari masa ke masa. Ada saatnya pewartaan iman dalam bentuk lisan, gambar-gambar, vignet, ikon dan lain sebagainya. Semua metode yang dilakukan ditujukan bagi kepentingan perayaan iman (leiturgia) yang dapat diresapi umat.
Pergeseran pewartaan tentu disesuaikan pula dengan perkembangan jaman. Misalnya pada abad ke 7 pewartaan iman mulai dengan menampilkan sosok Yesus sebagai manusia; sedangkan dalam abad ke 12 pementasan alkitabiah diuraikan dalam kotbah, doa, tari, nyanyian, dan melalui simbol-simbol liturgis dan sakramen; sementara dalam perkembangannya di abad ke 14 pewartaan iman tampak dalam alkitab bergambar yang disebut biblia pauperum yang diwartakan oleh Ordo Praedicatorum dan Fransiskan. Pada abad ke 15 ketika Yohanes Gutenberg menemukan percetakan, Kitab Suci tidak lagi ditulis tangan melainkan dicetak. Cetakan pertama Kitab Suci berjumlah 200 buku dan semuanya dalam bahasa Latin. Sedangkan pada abad ke 16 Martin Luther dengan sola scripturanya mencetak 100.000 eksemplar Kitab Suci dalam bahasa Jerman.
Peranan Kitab Suci dalam kehidupan:
Sebagaimana kita ketahui bahwa Gereja Katolik menekankan dua hal kembar dalam pewartaan iman yang menyatu. Inti pewartaan iman kristiani adalah Yesus yang wafat, Yesus yang bangkit dan Yesus yang menyelamatkan, yang terungkap dalam Kitab Suci dan Tradisi (Magisterium). Salah satu unsur yang menunjang kehidupan iman, yang menguraikan tentang sejarah keselamatan dalam diri Yesus Kristus terdapat dalam Kitab Suci. Karena itu Kitab suci menuntun, mengajak, meyakinkan, memperbaiki tingkah laku dan melengkapi kita dengan segala sesuatu untuk berbuat lebih baik. Untuk itu Kitab Suci harus menjadi milik kita disamping Tradisi Gereja. Kitab Suci harus mengalami suatu inkarnasi yang berarti menjadi daging dan darah kita. Sabda Allah menjadi manusia akan mencapai tujuannya bila Kitab Suci meresap dan menjadi satu dengan hidup kita manusia.
Sampai saat ini Kitab Suci masih merupakan bacaan asing bagi kebanyakan orang dalam kalangan umat kita. Kita biasa mendengar bacaan dalam ibadat, tetapi mungkin karena terlalu biasa, bacaan-bacaan itu tidak berkesan lagi. Karena ketika kita mendengar topik bacaan misalnya tentang Zakeus kita spontan mengatakan:îAh saya sudah tahu ceriteranyaî. Pandangan ini mengaburkan kita untuk mau mendengarkan sabda Allah dengan tekun. Karena kita merasa asing dengan Kitab Suci sehingga kita menjadi malas dan kurang berminat membaca Kitab Suci. Mungkin hal ini disebabkan oleh kebiasaan dalam Gereja Katolik yang menyerahkan segala urusan rohani kepada para klerus:imam, biarawan-wati termasuk dalam membahas atau merefleksikan Kitab Suci.
Kini saatnya tiba kita membuka diri dengan membaca Kitab Suci, mempelajari latar belakang penulisan, mensharingkan pengalaman iman yang tertuang dalam Kitab Suci dan membahasnya terus menerus sehingga Kitab Suci menjadi pegangan hidup kita. Sehingga Sabda Allah menjadi manusia dan berdiam di tengah-tengah kita bukan sebagai slogan tetapi hidup dalam diri kita. Bila hal ini terjadi maka Kitab Suci akan menjadi pegangan dalam hidup kita, berakar dalam batin kita dan mempengaruhi seluruh tingkah laku kita.

Komunitas Basis merupakan wadah penghayatan Kitab Suci
Gereja adalah umat Allah yang dihimpun oleh Sabda Allah yang hidup (PO 4). Gereja adalah persekutuan umat beriman kepada Kristus. Persekutuan baru effektif bila persekutuan tidak berjumlah terlalu banyak, sehingga satu sama lain dapat saling memperhatikan dengan lebih saksama. Karena itu komunitas basis dalam Gereja mengambil peran penting dalam mengeffektifkan Kitab Suci. Dalam pembelajaran dan permenungan komunitas Basis, kita perlu belajar untuk menghayati Kristus melalui Sabda-Nya, sebagai ungkapan iman, harapan dan kasih. Yesus bersabda:îDimana dua tiga orang berkumpul atas nama-Ku, Aku berada di tengah merekaî (Mat. 18:20). Sabda Allah berada di tengah kita, bukan dalam kelompok besar tetapi dalam kelompok kecil dimana penghayaran dan pendalaman serta komunikasi iman lebih mudah dapat dilaksanakan.
Komunitas basis merupakan tempat di mana Sabda Allah dapat berakar baik dalam kelompok maupun dalam pribadi setiap anggota. Bacaan Kitab Suci merupakan mata acara dalam pertemuan kelompok basis. Bacaan hendaknya disusul dengan penjelasan secukupnya oleh pastor, katekis, pemandu atau salah satu anggota yang ditunjuk. Adapun tujuan sharing Kitab Suci adalah untuk semakin mengenal kasih Kristus kepada Gereja-Nya.
Kitab Suci sebagai pegangan hidup
Sebagaimana kita ketahui bahwa Kitab Suci memberi kepada kita segala sesuatu yang kita perlukan sebagai pegangan hidup. Santo Paulus menulis dalam suratnya kepada Timotius sebagai berikut:îHendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannnya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baikî (2 Tim 3:14-17). Inti nasehat ini jelas bagi kita. Kitab Suci merupakan kebenaran sehingga patut bila menjadi pegangan hidup kita sebagai pengikut Yesus.
Cara membaca Kitab Suci
Sering kita mendapat informasi yang simpang siur tentang bagaimana membaca Kitab Suci sehingga membuat kita bingung. Karena itu kita perlu mempunyai suatu patokan yang jelas tentangnya.
Dalam membaca dan merenungkan Kitab Suci kita perlu mempunyai motivasi untuk memahami maksud pengarang Kitab Suci. yang kita hubungkan dengan kehidupan kita saat ini. Karena itu kita selalu akan bertanya:îjika pengarang Kitab Suci dulu bermaksud demikian, bagaimana maksudnya bagiku dan bagi masyarakat sekarang? Dengan kata lain, Kitab Suci mengajar kita untuk menilai keadaan sosial dari perspektif kehidupan mereka dan kita sekarang.
Karena itu bila kita ingin untuk memulai refleksi kita atas Kitab Suci, kita pertama-tama akan mendengarkan dengan saksama apa yang dikatakan Allah bagi kita, khususnya melalui perikopa/teks KS. Dalam hal ini kita konsentrasi kita hanya tertuju kepada perikopa/teks tersebut.
Kedua, agar kita mampu mendengarkan Allah kita perlu membuka diri dan membiarkan Allah melalui Roh Kudus-Nya masuk dalam lubuk hati. Maka kita menciptakan hati kita menjadi hening.
Ketiga, kita perlu menciptakan suasana yang mendukung renungan Kitab Suci melalui perhatian yang penuh atau posisi duduk kita agar kita dapat konsentrasi dengan sungguh-sungguh;
Keempat, kita perlu menyadari bahwa kita saat ini sedang bersama-sama saudara-I yang Tuhan beri dalam merenungkan Kitab Suci sehingga kita tidak sendirian dan kita pun dapat mensharingkan pengalaman iman kita kepada saudara lainnya.
Agar dalam membaca Kitab Suci menghasilkan buah maka ada 3 langkah yang membantu dalam men-sharingkan KS antara lain:
memberi waktu dan diri dalam sikap diam atau hening sehingga kita dapat mendengarkan teks/perikopa KS bagi diri sendiri dengan seksama dan penuh konsentrasi;
memberikan waktu untuk mengadakan dialog dengan firman yang telah kita baca dengan pertanyaan :îApa yang dikatakan teks/perikopa kepadaku;
membiarkan diri dalam situasi berdoa dengan penuntun pertanyaan:îapa yang ingin aku katakan secara pribadi kepada Allah sebagai tanggapan kasih karunia yang terurai dalam Kitab Suci?î Bila langkah-langkah ini kita ikuti maka kita akan merasakan buah-buah Roh yang tertuang dalam Kitab Suci melalui ketekunan, kegembiraan, dan kesetiaan sehingga Kitab Suci menjadi pegangan hidup kita yang membantu arah kehidupan.

Selamat merenungkan Kitab Suci khususnya dalam Bulan Kitab Suci Nasional.

Pada Perayaan Santa Maria Ratu, 22 Agustus 2003


Rm. Hubert Hady Setiawan Pr

Tidak ada komentar: