Minggu, 01 Juni 2008

BENIH YANG TUMBUH (Mrk. 4:8; 20)

Bulan Juni dan Juli setiap tahun merupakan bulan yang menggembirakan dan sekaligus sulit bagi orangtua siswa. Hal in idisebabkan di satu sisi, gembira karena anak-anak naik kelas, atau anak naik ke jenjang yang lebih tinggi pendidikan; namun di lain sisi orangtua pusing tujuh keliling karena biaya pendidikan saat ini cukup tinggi bahkan ada yang mahal sekali.
Masalah ini melahirkan sikap-sikap tertentu seperti: Ada orang tua yang berusaha untuk menyekolahkan anaknya berapa pun biayanya; ada orangtua yang berusaha untuk menawar sekian untuk anak mereka agar mereka dapat sekolah di sekolah yang baik; ada juga yang sudah merasa lelah dan tidak berdaya dengan biaya yang harus dikeluarkan dan akhirnya anak tidak sekolah saja.
Dikatakan dalam Injil Markus 4:8-20 tentang penabur dengan berbagai jenis tanah. Ada yang jatuh di pinggir jalan; ada yang jatuh di tanah yang berbatu-batu; ada yang jatuh di semak berduri dan ada yang jatuh di tanah yang baik. Hasil dari setiap tanah berbeda. Benih yang jatuh di pinggir jalan akan dimakan burung; benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu cepat layu dan kering; benih yang jatuh di tengah semak duri tidak berbuah dan yang jatuh di tanah subur akan menghasilkan banyak: 30X; 60X dan 100X lipat.
Tanah bagi anak-anak adalah orangtua dan lingkungan di mana mereka hidup. Anak-anak adalah hasil buah kasih orangtua yang dititipkan oleh Tuhan kepada orangtua. Karena itu orangtua mempunyai hak dan kewajiban untuk memberi kasih dalam kehidupan yang sehat secara jasmani maupun rohani dan mempunyai hak untuk mendidik anak-anak sesuai dengan komitmen mereka sebagai suami-isteri. Dalam rangka pendewasaan anak-anak, orang tua mempunyai tugas untuk mendidik anak-anak sedemikian rupa sehingga anak-anak dipersiapkan menjadi orang yang beriman teguh, beretika anggun, menghormati sesama dan berpendidikan luhur serta tahu bersyukur kepada Tuhan.
Dalam situasi dan kondisi yang diciptakan oleh orangtua seharmonis mungkin menjadikan anak-anak akan tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang dapat menggunakan akal sehat, selalu tampak ceria dan bahagia. Karena itu situasi kekeluargaan dan kebahagiaan yang dialami anak-anak merupakan permata hidup masa depan mereka. Mereka dengan polosnya akan berusaha untuk menciptakan keluarga harmonis yang mereka alami; namun sebaliknya bila anak-anak mengalami luka batin entah karena orangtua bercerai; sering bertengkar; situasi ekonomi yang kurang sehat; terjadinya pelecehan dalam keluarga di mana suami/isteri tidak saling menghormati melainkan saling menghina di depan anak, apalagi bertindak keras satu sama lain entah melalui perkataan atau perbuatan maka anak tanpa disadari telah mengikuti pelajaran kehidapan seperti ini. Hidup menjadi skenario impian yang kandas dan harapan yang buyar. Kasihan mereka bila hali ini terjadi.
Dalam mencapai kebahagiaan yang merupakan proses kehidupan maka kita perlu mempunyai kesadaran akan beberapa hal yang menunjang hidup dan kebahagiaan kita.
Pertama, kita perlu menyadari bahwa untuk mencapai keberhasilan ada seribu satu kegagalan. Untuk setiap percobaan yang berhasil, kegagalan bertebaran tapi kita harus berusaha untuk terus memperbaikinya. Kebahagiaan dalam hal ini meminta kita untuk menghadapi dan menerima kebenaran. Kegagalan mengajarkan kepada kita untuk belajar. Kegagalan satu-satunya yang nyata adalah kegagalan yang tidak menjadi kesempatan bagi kita untuk untuk memetik pelajaran. Kegagalan dapat bersifat mendidik. Maka berpikirlah positif agar semuanya dapat dilihat dengan kacamata jernih.
Kedua, dalam kehidupan manusia kita perlu mengupayakan pertumbuhan. Pertumbuhan melihat hidup sebagai proses dan selama proses itu keterampilan-keterampilan lambat laut berkembang. Awalnya semua hal yang kita lakukan sulit, misalnya belajar menulis, pada awalnya sulit sekali tetapi ketika kita terus menerus berlatih maka kita mengalami pertumbuhan.
Ketiga, agar segalanya berjalan lancar diperlukankomunikasi satu sama lain. Misalnya saat ini keuangan sedang sulit. Maka kita mengajak anak-anak untuk merundingkan keadaan keuangan kita sehingga lahir dalam komunikasi tersebut suatu pengertian. Komunikasi akan memperlancar segala yang menghambat diri kita. Komunikasi merupakan perwujudan cinta kasih. Syarat pertama ialah kita harus berpikir tentang diri kita sebagai pemberian yang harus diberikan, misalnya saling mendengarkan dan bercakap-cakap satu sama lain. Syarat kedua adalah kita harus memandang orang lain sebagai pemberian yang ditawarkan kepada kita. Pertukaran pemberian ini adalah komunikasi.
Keempat, kita perlu belajar untuk bersukacita atas hal-hal yang baik yang ktia terima. Sukacita atau kegembiraan lebih berupa suatu sikap mental daripada suatu perangkat keadaan. Sukacita lebih merupakan pilihan daripada kesempatan. Melalui sukacita yang kita nikmati kita dapat merasakan bahwa hidup ini penuh kasih.
Kelima, marilah kita mengajak anak-anak kita untuk tekun berdoa. Berdoa adalah berbincang-bincang, berkomunikasi dan mengungkapkan siapa dan apa yang kita alami dan harapkan. Perbincangan ini bukan dengan manusia tetapi dengan Tuhan, sang Pencipta. Betapa kita harus bersyukur karena kita telah diciptakan sesuai citra Allah sehingga kita merupakan mahluk tertinggi. Untuk mengalami doa maka kita perlu menciptakan suasana hening hati. Dalam keheningan hati itulah Allah hadir. Allah adalah sahabat keheningan. Dalam doa kita perlu mendengarkan allah. Ini penting. Doa memberi kita makan rohani, menghidupi jiwa. Doa memberi kita hati yang bersih dan murni. Doa adalah kekuatan hidup kita baik dalam menangkal hal-hal yang buruk maupun memperkuat hal-hal positif yang ada dalam diri kita.
Semoga segala kesulitan melahirkan solusi terindah dalam hidup; segala kegembiraan dan harapan mewarnai kehidupan kita dalam proses jatuh bangun dalam Kristus.

Damai Kristus,
† Rm.Hubert Hady Setiawan Pr.

Tidak ada komentar: