Minggu, 01 Juni 2008

EKARISTI: PANIS ANGELICUS ROTI SURGAWI ROTI PARA MALAIKAT

Di seluruh Gereja Katolik di dunia setiap hari ada perayaan Ekaristi. Ekaristi menjadi puncak segala sakramen. Karena itu setiap hari gereja memberikan kesempatan kepada umat Katolik untuk menyantap Tubuh dan Darah Kristus.
Ekaristi merupakan perayaan syukur dan terima kasih kepada Tuhan . kata ìeucharistein dan eulogein mengingatkan pujian bangsa Yahudi, yang memuliakan karya Allah melalui makan. Karena itu Ekaristi adalah perjamuan Tuhan. Lewat Ekaristi Kristus mengikutsertakan Gereja-Nya dan semua anggotanya di dalam kurban pujian dan syukur yang Ia persembahkan di salib kepada Bapa-Nya satu kali untuk selama-lamanya. Melalui kurban ini Ia mengalirkan rahmat keselamatan kepada Tubuh-Nya yaitu Gereja. Karena itu santo Thomas Aquino (1227-1274) merasakan begitu dalam kasih dan pengurbanan Kristus sehingga ia mendaraskan pujian Ekaristi karena relasinya yang begitu dekat dengan Kristus yang tertuang dalam PANIS ANGELICUS, yang berbunyi :
Panis angelicus, fit panis hominum
Dat panis caelicus figures terminum
O res mirabilis manducat Dominum
Pauper, servus et humilis.

Te, trina Deitas, unique poscimus
Sic nos tu visita, sicut te colimus
Per tuas semitas, duc nos quo tendimus
Ad lucem quam inhabitas

Refleksi santo Thomas terhadap Ekaristi luar biasa. Ia melihat dengan mata imannya, betapa Tuhan telah memberikan anugerah yang begitu besar kepada kita melalui Yesus Putera-Nya yang menjadi gizi rohani bagi kehidupan kita. Kita adalah orang yang berdosa yang tidak layak menerima Tubuh dan Darah Kristus, namun Tuhan memberikan kepada kita anugerah kehidupan yaitu Yesus sebagai Penebus dosa.
Terjemahan lagu di atas sebagai berikut: Yesus roti surgawi; jelas dan nyata keberadaanNya yang membawa kekuatan. Kami menyembah dan menyambut santapan kudusMu. Penuh damai, sukacita dan bahagia. Terpujilah Allah tritunggal, kami puji dan sembah. Bersatu dalam Engkau kami kuat bersatu, dalam iman hanya kepadaM. Tuhan pimpin kami sepanjang hidup menuju damai dan terang surgawi. Berilah kami damaiMu selama hidupku bersamaMu.
Ekaristi diawali oleh Perjamuan Malam Terakhir Yesus bersama para murid. ëdan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkan lalu memberikannya kepada murid-muridNya dan berkata†:†ëAmbillah, makanlah, inilah TubuhKuí Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata:Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. ( Mt.26:26-28//Mrk.14:22-25//Lk.22†:15-20 dan 1Kor.11†:23-25). Apa yang dikatakan Yesus dalam Perjamuan Malam Terakhir selalu dikenang dan dilakukan oleh para murid. Hal ini dengan jelas diuraikan 1 Kor 11:23-25., yang berbunyi:Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil royi dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata†:†ëInilah Tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.
Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh Darah-ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Daku.
Apa yang dikatakan Yesus benar-benar dicamkan oleh para murid. Karena itu mereka selalu berkumpul, bersatu, mengadakan puji-pujian dan doa bersama sambil memecahkan roti, dan mengucapkan kata-kata institusi yang terurai dalam konsekrasi. Melalui ekaristi mereka selalu mengenang kehadiran Yesus lewat sabda dan karya kasih-Nya yang tidak berkesudahan. Hasil yang mereka rasakan, adalah kenyataan bahwa mereka selalu merasa gembira baik secara rohani maupun jasmani. Hidup yang penuh tantangan dilihatnya sebagai sebuah kesempatan untuk semakin mengasihi Tuhan yang menjadi Gembala mereka. Melalui ekaristi mereka dikuatkan. Karena itu mereka selalu berusaha untuk hadir dalam ekaristi yang dilanjutkan dengan Agape (makan bersama). (bdk. Kis 2:41-47; 4:32-35).
Ekaristi adalah pusat kehidupan Gereja. Karena dalam dan melalui Ekaristi kita dapat berkumpul bersama sebagai saudara seiman. Di sana kita dapat berbagi pengalaman iman dan kasih. Dalam Ekaristi kita pun dapat memohon apa saja yang kita perlukan bagi kehidupan kita terutama kehidupan rohani. Maka Ekaristi adalah puncak dari segala sakramen. Karena dalam Ekaristi terkandung penebusan dan pengurbanan Yesus sedemikian rupa. Melalui Ekaristi Yesus mengurbankan diri-Nya untuk dosa kita dan kita dipersatukan dengan Kristus. Kitapun didewasakan dan disembuhkan secara rohani. Karena itu dalam Ekaristi ada dua bagian yang mewarnai Ekaristi. Pertama, kita merayakan Sabda. Di sana kita mendengarkan apa yang disabdakan oleh Yesus, dikotbahkan oleh Pastor. Disusul dengan bagian kedua, Liturgi Ekaristi. Di sana kita masuk dalam persembahan Yesus yang secara jelas diucapkan melalui kata-kata konsekrasi. Sesudah itu kita menerima komuni. Inilah puncak dari seluruh kegiatan Liturgy, yaitu Yesus memberi diri-Nya dan kita dan kita menyantapnya. Jadi melalui Ekaristi kita mendengar dan menyantap Sabda.
Sering kita berpikir kalau ke gereja kita hanya ingin mendengar kotbah pastor yang enak di dengar dalam Ibadat Sabda. Sehingga kalau kotbahnya kurang menarik kita kecewa. Kita kurang lagi memfokuskan diri kita kepada Kristus, tetapi hanya kepada imam yang kotbahnya hebat seperti selebritis saja. Hendaknya diingat bahwa kita datang ke gereja untuk bertemu dengan Yesus dan bersatu dengan saudara seiman yang berpuncak pada penerimaan Yesus dalam komuni. Kotbah memang membawa pengaruh psikologis rohani kita, tetapi sebenarnya komuni kudus membawa kita kepada proses pengudusan diri yang lebih penting dari sekedar pertumbuhan psikologis rohani. Karena melalui komuni kudus kita benar-benar dipersatukan oleh Kristus dan sekaligus ditebus oleh-Nya. Bila kita menghayati Ekaristi maka kita dapat melantunkan lagu Panis Angelicus yang diaransir oleh Louis lambilote (1795-1855). Yang dilagukan begitu indah Pavarotti atau Andreas Bocceli.
Marilah kita memperbaiki pemikiran dan pandangan kita tentang Ekaristi.
Selamat merenungkannya.

Tidak ada komentar: